Assalamu’alaikum warahmatullah hi
wabarakatuh....
Alhamdulillah Wa Syukru lillah Wa
Kafa Bihi, Semua puji bagi Allah SWT yang dengan Rahmat, Taufiq, dan
Hidayah-Nya terlimpah pada kita. Sholawat serta salam semoga tercurahkan ke
baginda Sang Revolusi Agung Nabiyyuna
Rosulillah Muhammadin SAW Khotamin Nabiyyin, yang telah memberikan cahaya
penerang dalam meniti langkah kehidupan, semoga kita mendapatkan syafa’atnya di yaumil qiyamah...Amin
Transformasi budaya agaknya
menjadi sesuatu yang sangat menakutkan sekaligus memilukan khususnya bagi masyarakat
Islam, karena efek yang ditimbulkan
dari pergesaran tersebut ialah pergeseran nilai-nilai barat menuju nilai-nilai
ketimuran (bangsa Islam). Perubahan itu merambah terhadap segmen yang ada di
dalamnya yang berupa adat-istiadat, sistem etika, dan lain-lain yang semakin
jauh dari system nilai dan pada akhirnya masyarakat Islam yang nota-benenya
beradat ketimuran ini akan kehilangan pribadi yang santun sebagai ciri yang khasnya.
Dengan kata lain, dapatlah ditarik benang merah bahwa banyak masyarakat Islam
sekarang ini telah kehilangan jatidirinya dikarenakan terbawa arus modernisasi
.
Kalau kita lihat fenoma yang berkembang banyak sekali tradisi yang ada di
negara Indonesia merupakan produk tiruan dari Negara barat. Produk ini bukan
dikenalkan oleh bangsa kita sendiri, tetapi dari bangsa lain yang memiliki
andil dari transformasi tersebut. Menilik lebih jauh, jika kira melihat kenyataan
perkembangan yang terjadi pada generasi muda kita yang merupakan tulang
punggung bangsa pada saat ini, justru kadang sangat mengecewakan. Pelanggaran-pelanggaran
norma yang terjadi pada kalangan pelajar seperti: minuman keras, narkoba,
pergaulan bebas, pencurian, perampokan, premanisme justru dikalangan kawula
muda.
Masalah moral agaknya menjadi masalah yang sangat mendasar, karena
merupakan perlambangan identitas suatu bangsa dan hal ini juga akan berhubungan
dengan masa depan suatu bangsa pada gilirannya. Apabila corak yang ditampilkan
oleh suatu bangsa adalah dominanitas kejelekannya, maka alamat bangsa tersebut
akan hancur. Degadansi moral sebagai penyakit yang sangat ditakuti oleh
kebanyakan bangsa bahkan oleh setiap kelompok manusia, agaknya sudah menjangkit
pada Negara Kita. Masalah ini hendaknya menjadi keprihatinan bersama dan
tentunya bentuk perhatian yang penuh dari semua pihak.
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut, agama dianggap mempunyai peran yang
sangat penting dalam rangka mengendalikan moral seseorang. Akan tetapi harus
diingat bahwa itu semua bukanlah bahasa bibir semata, namun harus dapat
direalisasikan dalam kehidupan nyata, baik dalam lingkungan pergaulan,
lingkungan keluarga, lingkungan belajar atupun lingkungan berbangsa dan
bernegara.
Lebih lanjut kita sebagai muslim dituntut bersikap obyektif terhadap
eksistensi pondok pesantren dan lembaga lain yang berbasic agama, dalam
kaitannya menjawab persoalan serta tantangan diatas, dalam kaitannya menjawab peroalan
serta tantangan diatas, karena lembaga tersebut didalamnya menitik beratkan
pada nilai-nilai moral yang berdasarkan syari’at agama Islam. Hal ini dipandang
sangat penting dikarenakan realitas dilapangan menunjukkan bahwa fenomena yang
berkembang saat ini banyak sekali tradisi-tradisi ketimuran yang merupakan
identitas bangsa Islam sebagai manifestasi dari nilai-nilai akhlak-al-kalrimah,
bergeser pada tradisi-tradisi jahiliyah yang merupakan tradisi bangsa barat
yang nota-benenya merupakan bangsa non-Islam. Kalau hal ini tidak disikapi
secara dewasa dan nyata, maka bukan tidak mungkin bangsa Islam akan kehilangan
jati dirinya akhlak nan terpuji. Dari sini terlihat jelas, lembaga berbasic
agama khususnya pondok pesantren menjawab problema tersebut, bahkan menjadi
benteng terkuat sehingga melahirkan kader-kader manusia yang berbudi luhur,
seperti halnya di lingkungan Yayasan Al-Asy’ariyyah dengan pusat kajian
keagamaannya di PPTQ. Al-Asy’ariyyahnya.
No comments:
Post a Comment