Ilmu
pengetahuan sesungguhnya adalah sesuatu yang melekat pada diri manusia dan
harus dikembangkan untuk mencapai kemajuan yang maksimal dalam hidupnya.
Ayat-ayat dalam Al Quran dapat dikatakan sebagai bentuk doktrin normatif yang
nantinya akan melahirkan suatu pengkajian yang panjang dan berkesinambungan
dari masa ke masa sejak diturunkan Al Quran itu sendiri. Pengkajia-pengkajian
inilah yang pada gilirannya nanti akan memunculkan sejarah peradaban Islam yang
dipelopori oleh tokoh-tokoh muslim. Mereka inilah yang berperan besar dalam
mengukir kejaan umat Islam dalam catatan sejarah.
Dalam
catatan sejarah, terdapat beberapa periode perkembangan dakwah Islamiyah mulai
dari zaman Nabi sampai zaman sekarang. Setiap fase memiliki karakteristik zaman
dan tokoh yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
A.
Masa Klasik
Masa
klasik adalah awal penyebaran ajaran Islam yang dilakukan oleh Rasulullah. Pada
awal perkembangannya, Rasulullah berupaya agar umat manusia pada masa itu
memahami ajaran-ajaran Islam. Al Quran adalah sumber utama dakwah saat itu. Adapun
metode yang dipakai Rasulullah saat itu adalah dengan mengajarkan Islam di
rumah Arqom maupun rumah Rasul sendiri. Materi yang diajarkan pada masa ini
adalah berkisar pada masalah ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Kegiatan
ini berlangsung hingga masa Khulafaurrasyidin.
Pada
masa empat khalifah ini, ilmu pengetahuan dalam konteks kajian agama sudah
lebih luas lagi karena wilayah kekuasaan Islam juga bertambah luas dan
permasalahan yang dihadapi juga semakin kompleks. Muncullah pengkajian ajaran
agama yang menggunakan pertimbangan akal
(ijtihad) baik dalam bentuk Ijma' maupun Qiyas. Tata pemerintahan, birokrasi,
administrasi, dan hukum pada masa khulafaurrasyidin merupakan bentuk
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
Selain
itu, kondisi pada masa tersebut menyebabkan munculnya berbagai macam aliran
dalam masalah aqidah, yakni : aliran Khawarij, Murjiah, Jabariyah, dan
Qadariyah. Keempat aliran ini merupakan embrio keilmuan dan ilsafat yang
melahirkan kajian rasional terhadap persoalan-persoalan akidah.
B.
Masa Pertengahan
Masa ini berlangsung setelah
khulafaurrasyidin, tepatnya pada masa
Daulah Umayyah sekitar abad ke 7 dan
Daulah Abbasiyah pada abad ke 8.
Khalifah Bani Umayyah yang terkenal
dalam mempelopori gerakan pengembangan ilmu pengetahuan adalah Umar bin Abdul
Aziz. Dialah yang mempelopori kodifikasi hadits-hadits Nabi. Pada masa ini
muncul tokoh Al Tabari Ibn Hazm yang menjadi pelopor berkembangnya bidang
keilmuan pada masanya. Kejayaan Islam pada masa pertengahan menapai puncaknya
saat Daulah Abbasiyah berkuasa, beberapa diantaranya ialah:
1. Gerakan
penerjemahan
Meski
kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam
bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Sedangkan perburuan manuskrip di daerah timur seperti Persia adalah
terutama dalam bidang tata Negara dan sastra.
Pelopor
gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah
Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal
penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalambidang astrologi, kimia
dan kedokteran. Kemudiannaskah-naskahfilsafat karya Aristoteles dan Plato juga
diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang
ilmu-ilmu pramatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga
diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang
diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal
bahasa,arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju.
- Baitul
hikmah
Baitul
hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan.
- Pada
masa Harun Al-Rasyid
Institusi
ini bernama Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian.
- Pada
masa Al-Ma’mun
Lembaga
Khizanahal-Hikmah dikembangkan sejak tahun 815 M dan diubah namanya menjadi
Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat
penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari
Ethiopia dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl
Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga
sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
2. Dalam
bidang filsafat
Pada
masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas seperti
logika, geometri, astronomi, dan musik yang dipergunakan untuk menjelaskan
pemikiran abstrak, garis dan gambar, gerak dan su ibn Ishaq al-Kinemasa
abbasiyah seperti Ya’kub ibn Ishaq al-Kinl-Farabi,Ibn Bajah, Ibnu Tufaildan Ibn
Rushd menjelaskan pemikiran-pemikirannya dengan menggunakan contoh, metamor,
analogi, dan gambaranimajinatif.
3. Dalam
bidang hukum Islam
Karya
pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)
yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu
Hanifah (w.150/767). Meski diangap sebagai pendiri madzhab Hanafi, karya-karyanya
sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar
(terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi
pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
4. Dalam
bidang Peradaban
Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak
peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori
perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari
berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi
dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’
muslim yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama
juga muncul pada masa ini.
Secara keseluruhan, para filosof dan
ilmuwan yang menjadi tonggak perkembangan kejayaan umat Islam di bidang ilmu
pengetahuan pada masa pertengahan adalah Jahir Ibn Hayyan, Abu Yusuf Ya'qub Ibn
Ishaq al-Kindi, Hunain Ibn Ishaq, Tsabut ibn Qur'ah, Muhammad ibn Musa al
Khawarizmi, Muhammad ibn Zakariya al Razi, Abu Nasr al Farabi, Abu Hasan al
Mas'udi, Abu Ali Husain al Mas'udi, Abu Ali Husain ibn Sina, Abu Ali Hasan al
Haitsam, Al Biruni, Abu Qasim Maslamah al Majrithi, dan Abu Hamid Muhammad ibn
Muhammad al Ghazali.
C.
Zaman Modern
(Abad 19-20 M)
Zaman modern ini terjadi setelah zaman
klasik, pertengahan, dan jumud. Pada zaman modern ini dapat dikatakan sebagai
kebangkitan umat Islam dalam ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan pula, bahwa
zaman modern merupakan kembalinya kejayaan zaman pertengahan, tepatnya pada
masa Daulah Abbasiyah. Kesamaan ini dapat dilihat dari kebebasan menggunakan
akal pikiran dalam menghadapi sebuah masalah, sehingga dari kebebasan inilah muncul
istilah ijtihad terbuka. Zaman pertengahan (Daulah Abbasiyah) ditandai dengan
berkuasanya para penganut aliran Mu'tazilah. Karena kebebasan berpikir memiliki
kesamaan dengan cara berpikir aliran Mu'tazilah, ilmu pengetahuan dan filsafat
dapat berkembang dengan baik pada masa modern.
Pada masa ini tokoh-tokoh Islam yang pro
dengan gerakan modernism berusaha untuk melepaskan umat Islam dari kejumudan.
Cara yang ditempuh antara lain mengikuti pendidikan dan pelatihan berorientasi
kemajuan iptek yang saat itu diklaim sebagai ilmu milik orang barat (kafir),
baik dengan mengirimkan pelajar ke Eropa maupun dengan cara lainnya.
Tokoh-tokoh yang komitmen terhadap ide
pembaruan (modern tajdid) adalah Rifa'ah Badawi Rafi al Tahtawi, Jamaluddin al
Afghany, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
D.
Zaman Kontemporer
(Abad 20/21 M)
Masa kontemporer
merupakan masa dimana terdapat pengkajian terhadap ilmu pengetahuan yang
terjadi pada masa pertengahan (cenderung berorientasi agama-rasionalitas)
maupun masa modern (cenderung pada kemajuan iptek). Kedua masa yang dipisahkan
oleh masa "jumud' tersebut memunculkan sikap umat Islam yang memisahkan
antara ilmu syariat dan ilmu non syariat. Sehingga kemudian muncul 2 model
pendidikan Islam, yaitu model nasional dan model pendidikan keagamaan.
Munculnya dua model
pendidikan Islam tersebut mendorong pemikir-pemikir muslim mencarikan jalan
terbaik guna tegaknya Islam pada seluruh aspek kehidupan manusia.
Pemikir-pemikir tersebut diantaranya:
1. Ismail
Rafi al Faruqi (1921-1986)
Hasil
pemikirannya yaitu perlunya gerakan Islamisasi ilmu pengetahuan karena umat
Islam telah mengalami masa malaise, yaitu fase umat Islam mengalami kemajuan
tidak berdasarkan ajaran agamanya melainkan hanya kemajuan semu yang bersumber
dari barat
2. Muhammad
al Naquib
Mempunyai
konsep ilmu yang mirip dengan konsep Al Ghazali yakni adanya ilmu fardhu 'ain
yang berupa ilmu syariah dan ilmu non syariah sebagai ilmu fardhu kifayah yang
keduanya bersumber dari Al Quran dan Al Hadits.
Pandangan kedua tokoh
di atas memunculkan pemahaman integrasi di bidang ilmu pengetahuan yang
merupakan inti dari tugas kependidikan dan harus diwujudkan dalam semua
kegiatan pendidikan. Semua lembaga pendidikan tidak membedakan kedudukan setiap
ilmu. Akan tetapi keduanya harus didudukkan sebagai ilmu yang mampu memberikan
perubahan pada pendidik dan peserta didiknya, baik wawasan, perilaku, serta
tugas-tugasnya.
Berbeda dengan
pemikiran kedua tokoh di atas, salah seorang tokoh di Indonesia,
Kuntowijoyo memiliki gagasan mengenai bagaimana mengatasi dikotomi ilmu agama
dan ilmu non agama. Menurutnya, Islamisasi Pengetahuan justru harus
ditinggalkan karena berusaha supaya umat Islam tidak begitu saja meniru
metode-metode dari luar dan mengembalikan pengetahuan pada pusatnya, yaitu
tauhid atau dari konteks ke teks. Dalam pandangan Kunto,
Islamisasi Pengetahuan adalah gerakan reaktif dan umat Islam harus segera
melangkah lebih jauh menuju pengilmuan Islam "gerakan yang proaktif dari teks
ke konteks".
REFERENSI
Filsafat
Ilmu, Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2005
Makalah
Sejarah dan Kebudayaan Islam " Peradaban pada Masa Daulah Abbasiyah".
Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga 2007
Dwi
Kurniawan, S.Fil.I,Bachtiar.Menapaki Ide-Ide Kuntowijoyo.Makalah
disampaikan dalam diskusi berkala IMM UIN Sunan Kalijaga Yoryakarta,8 Januari
2008.
No comments:
Post a Comment