Moralitas
manusia adalah cermin dari kesucian jiwa dan fikirannya. Ia merupakan refleksi
dari nilai-nilai agama yang termanifestasikan di dalam bentuk prilaku dalam
kehidupannya, sehingga ketika nilai-nilai itu tertanam kuat di dalam jiwa maka
akan melahirkan kepribadian yang baik.
Kekuatan
nilai-nilai positif di dalam jiwa sangat didukung oleh tingkat usaha manusia melalui
pendidikan dan pembiasaan, sebab pendidikan itu bukan hanya proses transformasi
pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai-nilai luhur di dalam jiwa setiap
peserta didik dengan tujuan terbentuk kepribadian yang berkualitas dan
berakhlak mulia. Hal ini yang kemudian menjadi tujuan pokok dari pendidikan itu sendiri,
khususnya pendidikan Islam. Sebab, manusia walaupun tercipta sebagai manusia
yang sempurna tidak akan pernah lepas dari pengaruh potensi yang dimilikinya.
Sementara potensi yang dimiliki manusia berupa potensi baik dan buruk.Kedua potensi ini berkembang
sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Ketika potensi baik mendominasi
jiwa, maka ia akan senantiasa menjadi baik, jika yang mendominasi dari keduanya
itu potensi jelek yang bersarang dalam nafsu shahwat, maka jiwa itu akan
menjadi jelek.
Pendidikan
sebagai salah satu proses pembentukan kepribadian menjadi poin penting di dalam
kehidupan manusia. Ia dinilai menjadi salah satu cara dan media untuk
mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Tujuan pendidikan itu khususnya
pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi manusia yang cenderung
positif sehingga diharapkan akan terbentuk kepribadian yang baik pula. Tetapi, realitas yang terjadi akibat perkembangan sains dan teknologi,
pendidikan semakin ditingkatkan tetapi kualitas out put yang dihasilkan
sangat tidak mencerminkan adanya wajah pendidikan yang signifikan. Sebab, telah
banyak terjadi tawuran antar pelajar, terlibat dalam pengedaran obat-obat
terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
pendidikan sudah tidak lagi memiliki ruh yang mampu mencitrakan sosok
peserta didik yang ideal. Target kognisi yang menjadi prioritas pertama
di dalam dunia pendidikan ternyata hanya menjadikan siswa menjadi sosok yang
sangat keras dan tidak bernaluri.
Hal ini
disebabkan tidak lain kecuali gangguan kesehatan mental psikologis yang terjadi
di kalangan mereka. Pendidikan dalam realitasnya tidak mampu menjangkau sisi batiniah
peserta didik yang mampu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap yang mereka
miliki. Karena pendidikan yang ada selama ini hanya menekankan kepada sisi kognisi
saja. Maka wajar ketika kondisi kejiwaan mereka menjadi goncang, terasing dari
nilai-nilai agama dan budayanya. Menurut Zakiah Derajat, kesehatan mental akan
menyebabkan terwujudnya keserasian fungsi jiwa manusia dan penyesuaian diri
dengan dirinya sendiri dan lingkungan, sebaliknya, penyakit mental akan
menyebabkan terjadinya goncangan psikologis di dalam jiwa manusia.
Oleh
karena itu, Zakiah Derajat memasukkan agama sebagai salah satu unsur terpadu
dalam proses penyembuhan psikologis.Sebab, agama secara fitrah bertujuan untuk menjadi kontrol jiwa manusia dari
prilaku-prilaku yang dapat menjadikan ia celaka dan sakit secara mental dan
fisik. Agama khususnya Islam, memiliki wilayah khusus dalam mengobati dan
menyembuhkan penyakit yang dialami jiwa. Ia harus dijadikan bagian penting
dalam proses penerapan pendidikan yaitu dengan melalui penghayatan terhadap
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang diteladankan oleh Rasulullah Saw.
Islam
sebagai suatu agama memandang jiwa manusia sebagai jiwa yang memiliki potensi
khusus. Dalam hal ini Al- Ghazali membaginya menjadi jiwa tumbuh-tumbuhan (al
Nafs al Nabatiyah), jiwa kebinatangan (al- Nafs al Hayawaniyah), dan
jiwa insani (al- Nafs al Insaniyah),yang kesemuanya menjadi pusat perhatian Islam di dalam mengembangkan
potensi-potensi tersebut. Tanpa agama jiwa manusia tidak bisa merasakan kebahagiaan
dan ketenangan di dalam hidup. Agama akan membantu manusia untuk memenuhi
kekosongannya,yang dikenal dengan ilmu
akhlak.
Akhlak
manusia dapat dibentuk oleh pengaruh internal maupun eksternal.
Pengaruh internal berada dalam diri manusia yang berbentuk watak yang
berupa sifat dasar manusia yang telah menjadi pembawaan di dalam jiwa manusia
sejak lahir. Sedangkan pengaruh ekternal juga akan memberikan pengaruh
dalam proses pembentukan watak tersebut seperti lingkungan, makanan, mata
pencaharian, pergaulan sehari-hari yang selalu terlibat di dalam hidup manusia.
Watak yang
sudah menjadi karakter kepribadian manusia sangat sulit untuk diubah dan
diperbaiki kecuali dengan pendidikan yang berkesinambungan dan intensif.
Sebab watak yang terus menguat dan berkesinambungan dalam jiwa manusia akan
menjadi standar normatif prilaku manusia. Setiap orang akan bertindak
sesuai dengan norma-norma yang mengaturnya yang kemudian mempengaruhi terhadap
kepribadiannya, baik norma agama, maupun norma sosial.
Adapun
norma agama adalah norma yang disandarkan pada ketentuan agama yaitu yang
disebut dengan akhlak. Sedangkan akhlak itu sendiri ada akhlak baik dan akhlak
buruk. Akhlak baik itu disebut dengan akhlak mahmudah, sementara akhlak
yang jelek di sebut dengan akhlak mudzmumah. Akhlak yang baik adalah
akhlak yang dikehendaki oleh Allah yaitu seperti akhlaknya orang yang dianggap
berimana dan bertakwa kepada Allah. Dengakan akhlak yang jelek adalah akhlak
yang dibenci oleh Allah, seperti akhlaknya orang kafir dan musyrik.
Akhlak
yang jelek muncul akibat jiwa yang buruk. Sedangkan jiwa yang buruk itu oleh
Al-Ghazali di sebut dengan al-nafsul ammarah. Jiwa ini cenderung melenceng
dari fitrahnya. Ia sangat cenderung kepada tabiat tubuh. Menuruh untuk menikmati
kelezatan syahwat inderawi dan menarik hati ke tingkat yang paling rendah. Ia
mereyu jiwa untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh Allah sehingga jiwa
menjadi tidak berdaya dan jatuh dalam kejelekan.
Sementara
akhlak yang baik adalah akhlak yang muncul dari jiwa yang baik yang dikenal
dengan jiwa yang tenang (al Nafs al Muthmainnah). Yaitu jiwa yang
senantiasa tenang dengan ketakwaan dan kedekatannya dengan Allah. Ia berserah
diri kepada ketentuan-ketentuan Allah. Ia dapat merasakan lezatnya keimanan dan
ketakwaan kepada Allah. Tidak mengalami kebuntuan, kekalutan, kebimbangan,
kegoncangan, karena ia mengetahui terhadap jalan kebahagiaan dan ridla di jalan
Allah. Dalam hal ini al Jurjani seperti yang dikutip dalam buku ini menyatakan
bahwa jiwa tenang itu merupakan sifat yang menancap dan mudah hilang. Tetapi,
ketika jiwa terus menerus dengan ketaatan itu ia akan mengakar dan kuat di
dalam jiwa manusia.
Di dalam
proses menggapai tingkatan jiwa yang sempurna dan tenang tersebut, maka
diperlukan adanya penyucian jiwa (tazkiyat an- nafs), yaitu pembinaan
akhlak yang mulia dengan cara memberdayakan ptensi jiwa yang tenang (nafs
al-muthmainnah). Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak yang baik akan
senantiasa bersumber dari jiwa yang baik. Maka proses tazkiyatun nafsi secara
tidak langsung adalah proses pengosongan jiwa dari akhlak-akhlak yang tidak
baik.
Untuk
mencapai kebaikan akhlak tidak boleh tidak harus memenuhi empat hal, yaitu
pertama hikmah. Yaitu keadaan jiwa yang dapat membedakan antara yang
benar dan yang salah dalam setiap keadaan. Kedua, keberanian, yaitu dipatuhinya
akal oleh nafsu dan amarah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan. Ketiga, iffah
yaitu terdidiknya kekuatan ambisi shahwat oleh akal dan syari’at. Keempat ketahanan atau keseimbangan
dalam tiga hal tersebut. Proses yang dilakukan dalam rangka terjadinya akhlak
yang baik disebut dengan penyucian jiwa.
Dalam
proses penyucian jiwa tersebut memerlukan langkah-langkah sebagai berikut.
Al-Ghazali dalam hal ini memberikan hirarki langkah-langkah itu sebagai berkut:
yaitu pertama dengan melakukan takhalli, yaitu pengososngan jiwa dari
sifat-sifat tercela. Kedua tahalli, yaitu mengisi jiwa yang telah
dikosongkan itu denga akhlak-akhlak terpuji. Ketiga yaitu tajalli, yaitu
ketersingkapan atau hasil yang Nampak berupa karunia atau karomah yang
diperoleh manusia setelah melakukan proses tersebut. Maka dengan kosongnya jiwa dari sifat-sifat yang tercela lahirlah akhlak yang
baik.
Kualitas
jiwa seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlak nya. Orang yang baik
akhlaknya, maka menandakan bahwa mental dan jiwanya sehat. Dalam hal ini ketika
dikaitkan dengan pendidikan Islam. Jiwa menjadi objek khusus di dalam proses
pendidikan yang dilakukan. Berbagai fenomena yang telah menyimpang dari
nilai-nilai normative Islam yang dilakukan oleh para pelajar Islam
disebabkan oleh kekosongan jiwa dari nilai-nilai tersebut sehingga proses
pendidikan yang dilakukan tidak sampai mempengaruhi terhadap kebersihan jiwa
dari sifat-sifat yang tercela.
Kondisi
demikian menuntut adanya penyeimbangan kembali akan nilai-nilai luhur etika
dengan pola pikir manusia dengan cara mengembalikan ruh mereka ke dalam
kerangka jiwa yang tenang yang tetap berpegang kepada nilai-nilai ke-Tuhanan
yang akan diperoleh dengan cara perbaikan akhlak melalui proses penyucian jiwa
dari hal-hal yang tidak baik. Karena keseimbangan hidup hanya bisa dicapai
dengan akhlak yang baik yang barawal dari suatu usaha untuk menyucikan jiwa
dari hal-hal tercela.
Proses
penyucian jiwa ini akan lebih signifikan dan efektif jikalau diperaktekkan di
dalam proses pendidikan mulai sejak usia dini. Sebab, proses ini membutuhkan
pembiasaan yang sangat erat kaitannya dengan waktu yang cukup dan memadai. Maka
ketika nilai-nilai luhur yang dihasilkan dari prilaku akhlak yang baik hanya
sebatas dijadikan pengetahuan belaka hanya menjadi sesuatu yang mentah dan
kering.
Madrasah
Bertaraf Internasional Amanatul Ummah merupakan lembaga pendidikan yang
bagus dalam proses pembelajaran, yang menekankan pada aspek kognitif dan
psikomotorik akan tetapi tidak melupakan aspek afektif yaitu akhlak yang bisa
menunjang kehidupan mereka. Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah
dalam mendidik siswa-siswi mereka dalam membina akhlak yang baik diantaranya
dengan proses tazkiyat an-nafs. Yang menarik bagi peneliti adalah
bagaimanapun sesibuk apapun siswa-siswi dalam mempersiapkan ujian akhir
nasional namun mereka masih rajin dalam menjalankan proses tazkiyat an-nafs apakah
proses tersebut yang menjadikan atau membentuk akhlak mereka atau dari aspek
lain sehingga menjadikan mereka mempunyai akhlak yang baik.
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - MapYRO
ReplyDeleteGet directions, 사천 출장안마 reviews and information for Harrah's 동해 출장마사지 Cherokee Casino & Hotel in Cherokee, NC. HARRAH'S 김제 출장마사지 CHEROKEE CASINO 울산광역 출장마사지 & 여수 출장마사지 HOTEL in Cherokee, NC.