Tuesday 14 April 2015

Tazkiyatun Nafs Sebagai Pembentukan Akhlak

Moralitas manusia adalah cermin dari kesucian jiwa dan fikirannya. Ia merupakan refleksi dari nilai-nilai agama yang termanifestasikan di dalam bentuk prilaku dalam kehidupannya, sehingga ketika nilai-nilai itu tertanam kuat di dalam jiwa maka akan melahirkan kepribadian yang baik. 
Kekuatan nilai-nilai positif di dalam jiwa sangat didukung oleh tingkat usaha manusia melalui pendidikan dan pembiasaan, sebab pendidikan itu bukan hanya proses transformasi pengetahuan, tetapi juga penanaman nilai-nilai luhur di dalam jiwa setiap peserta didik dengan tujuan terbentuk kepribadian yang berkualitas dan berakhlak mulia. Hal ini yang kemudian menjadi tujuan pokok dari pendidikan itu sendiri, khususnya pendidikan Islam. Sebab, manusia walaupun tercipta sebagai manusia yang sempurna tidak akan pernah lepas dari pengaruh potensi yang dimilikinya. Sementara potensi yang dimiliki manusia berupa potensi baik dan buruk.Kedua potensi ini berkembang sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya. Ketika potensi baik mendominasi jiwa, maka ia akan senantiasa menjadi baik, jika yang mendominasi dari keduanya itu potensi jelek yang bersarang dalam nafsu shahwat, maka jiwa itu akan menjadi jelek.
Pendidikan sebagai salah satu proses pembentukan kepribadian menjadi poin penting di dalam kehidupan manusia. Ia dinilai menjadi salah satu cara dan media untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Tujuan pendidikan itu khususnya pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi manusia yang cenderung positif sehingga diharapkan akan terbentuk kepribadian yang baik pula. Tetapi, realitas yang terjadi akibat perkembangan sains dan teknologi, pendidikan semakin ditingkatkan tetapi kualitas out put yang dihasilkan sangat tidak mencerminkan adanya wajah pendidikan yang signifikan. Sebab, telah banyak terjadi tawuran antar pelajar, terlibat dalam pengedaran obat-obat terlarang, pemerkosaan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Dalam hal ini pendidikan sudah tidak lagi memiliki ruh yang mampu mencitrakan sosok peserta didik yang ideal. Target kognisi yang menjadi prioritas pertama di dalam dunia pendidikan ternyata hanya menjadikan siswa menjadi sosok yang sangat keras dan tidak bernaluri.
Hal ini disebabkan tidak lain kecuali gangguan kesehatan mental psikologis yang terjadi di kalangan mereka. Pendidikan dalam realitasnya tidak mampu menjangkau sisi batiniah peserta didik yang mampu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap yang mereka miliki. Karena pendidikan yang ada selama ini hanya menekankan kepada sisi kognisi saja. Maka wajar ketika kondisi kejiwaan mereka menjadi goncang, terasing dari nilai-nilai agama dan budayanya. Menurut Zakiah Derajat, kesehatan mental akan menyebabkan terwujudnya keserasian fungsi jiwa manusia dan penyesuaian diri dengan dirinya sendiri dan lingkungan, sebaliknya, penyakit mental akan menyebabkan terjadinya goncangan psikologis di dalam jiwa manusia.
Oleh karena itu, Zakiah Derajat memasukkan agama sebagai salah satu unsur terpadu dalam proses penyembuhan psikologis.Sebab, agama secara fitrah bertujuan untuk menjadi kontrol jiwa manusia dari prilaku-prilaku yang dapat menjadikan ia celaka dan sakit secara mental dan fisik. Agama khususnya Islam, memiliki wilayah khusus dalam mengobati dan menyembuhkan penyakit yang dialami jiwa. Ia harus dijadikan bagian penting dalam proses penerapan pendidikan yaitu dengan melalui penghayatan terhadap nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang diteladankan oleh Rasulullah Saw.
Islam sebagai suatu agama memandang jiwa manusia sebagai jiwa yang memiliki potensi khusus. Dalam hal ini Al- Ghazali membaginya menjadi jiwa tumbuh-tumbuhan (al Nafs al Nabatiyah), jiwa kebinatangan (al- Nafs al Hayawaniyah), dan jiwa insani (al- Nafs al Insaniyah),yang kesemuanya menjadi pusat perhatian Islam di dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut. Tanpa agama jiwa manusia tidak bisa merasakan kebahagiaan dan ketenangan di dalam hidup. Agama akan membantu manusia untuk memenuhi kekosongannya,yang dikenal dengan ilmu akhlak.
Akhlak manusia dapat dibentuk oleh pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal berada dalam diri manusia yang berbentuk watak yang berupa sifat dasar manusia yang telah menjadi pembawaan di dalam jiwa manusia sejak lahir. Sedangkan pengaruh ekternal juga akan memberikan pengaruh dalam proses pembentukan watak tersebut seperti lingkungan, makanan, mata pencaharian, pergaulan sehari-hari yang selalu terlibat di dalam hidup manusia.
Watak yang sudah menjadi karakter kepribadian manusia sangat sulit untuk diubah dan diperbaiki kecuali dengan pendidikan yang berkesinambungan dan intensif. Sebab watak yang terus menguat dan berkesinambungan dalam jiwa manusia akan menjadi standar normatif prilaku manusia. Setiap orang akan bertindak sesuai dengan norma-norma yang mengaturnya yang kemudian mempengaruhi terhadap kepribadiannya, baik norma agama, maupun norma sosial.
Adapun norma agama adalah norma yang disandarkan pada ketentuan agama yaitu yang disebut dengan akhlak. Sedangkan akhlak itu sendiri ada akhlak baik dan akhlak buruk. Akhlak baik itu disebut dengan akhlak mahmudah, sementara akhlak yang jelek di sebut dengan akhlak mudzmumah. Akhlak yang baik adalah akhlak yang dikehendaki oleh Allah yaitu seperti akhlaknya orang yang dianggap berimana dan bertakwa kepada Allah. Dengakan akhlak yang jelek adalah akhlak yang dibenci oleh Allah, seperti akhlaknya orang kafir dan musyrik.
Akhlak yang jelek muncul akibat jiwa yang buruk. Sedangkan jiwa yang buruk itu oleh Al-Ghazali di sebut dengan al-nafsul ammarah. Jiwa ini cenderung melenceng dari fitrahnya. Ia sangat cenderung kepada tabiat tubuh. Menuruh untuk menikmati kelezatan syahwat inderawi dan menarik hati ke tingkat yang paling rendah. Ia mereyu jiwa untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang oleh Allah sehingga jiwa menjadi tidak berdaya dan jatuh dalam kejelekan.
Sementara akhlak yang baik adalah akhlak yang muncul dari jiwa yang baik yang dikenal dengan jiwa yang tenang (al Nafs al Muthmainnah). Yaitu jiwa yang senantiasa tenang dengan ketakwaan dan kedekatannya dengan Allah. Ia berserah diri kepada ketentuan-ketentuan Allah. Ia dapat merasakan lezatnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Tidak mengalami kebuntuan, kekalutan, kebimbangan, kegoncangan, karena ia mengetahui terhadap jalan kebahagiaan dan ridla di jalan Allah. Dalam hal ini al Jurjani seperti yang dikutip dalam buku ini menyatakan bahwa jiwa tenang itu merupakan sifat yang menancap dan mudah hilang. Tetapi, ketika jiwa terus menerus dengan ketaatan itu ia akan mengakar dan kuat di dalam jiwa manusia.
Di dalam proses menggapai tingkatan jiwa yang sempurna dan tenang tersebut, maka diperlukan adanya penyucian jiwa (tazkiyat an- nafs), yaitu pembinaan akhlak yang mulia dengan cara memberdayakan ptensi jiwa yang tenang (nafs al-muthmainnah). Al-Ghazali menyatakan bahwa akhlak yang baik akan senantiasa bersumber dari jiwa yang baik. Maka proses tazkiyatun nafsi secara tidak langsung adalah proses pengosongan jiwa dari akhlak-akhlak yang tidak baik.
Untuk mencapai kebaikan akhlak tidak boleh tidak harus memenuhi empat hal, yaitu pertama hikmah. Yaitu keadaan jiwa yang dapat membedakan antara yang benar dan yang salah dalam setiap keadaan. Kedua, keberanian, yaitu dipatuhinya akal oleh nafsu dan amarah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan. Ketiga, iffah yaitu terdidiknya kekuatan ambisi shahwat oleh akal dan syari’at. Keempat ketahanan atau keseimbangan dalam tiga hal tersebut. Proses yang dilakukan dalam rangka terjadinya akhlak yang baik disebut dengan penyucian jiwa.
Dalam proses penyucian jiwa tersebut memerlukan langkah-langkah sebagai berikut. Al-Ghazali dalam hal ini memberikan hirarki langkah-langkah itu sebagai berkut: yaitu pertama dengan melakukan takhalli, yaitu pengososngan jiwa dari sifat-sifat tercela. Kedua tahalli, yaitu mengisi jiwa yang telah dikosongkan itu denga akhlak-akhlak terpuji. Ketiga yaitu tajalli, yaitu ketersingkapan atau hasil yang Nampak berupa karunia atau karomah yang diperoleh manusia setelah melakukan proses tersebut. Maka dengan kosongnya jiwa dari sifat-sifat yang tercela lahirlah akhlak yang baik.
Kualitas jiwa seseorang dapat dilihat dari kebaikan akhlak nya. Orang yang baik akhlaknya, maka menandakan bahwa mental dan jiwanya sehat. Dalam hal ini ketika dikaitkan dengan pendidikan Islam. Jiwa menjadi objek khusus di dalam proses pendidikan yang dilakukan. Berbagai fenomena yang telah menyimpang dari nilai-nilai normative Islam yang dilakukan oleh para pelajar Islam disebabkan oleh kekosongan jiwa dari nilai-nilai tersebut sehingga proses pendidikan yang dilakukan tidak sampai mempengaruhi terhadap kebersihan jiwa dari sifat-sifat yang tercela.
Kondisi demikian menuntut adanya penyeimbangan kembali akan nilai-nilai luhur etika dengan pola pikir manusia dengan cara mengembalikan ruh mereka ke dalam kerangka jiwa yang tenang yang tetap berpegang kepada nilai-nilai ke-Tuhanan yang akan diperoleh dengan cara perbaikan akhlak melalui proses penyucian jiwa dari hal-hal yang tidak baik. Karena keseimbangan hidup hanya bisa dicapai dengan akhlak yang baik yang barawal dari suatu usaha untuk menyucikan jiwa dari hal-hal tercela.
Proses penyucian jiwa ini akan lebih signifikan dan efektif jikalau diperaktekkan di dalam proses pendidikan mulai sejak usia dini. Sebab, proses ini membutuhkan pembiasaan yang sangat erat kaitannya dengan waktu yang cukup dan memadai. Maka ketika nilai-nilai luhur yang dihasilkan dari prilaku akhlak yang baik hanya sebatas dijadikan pengetahuan belaka hanya menjadi sesuatu yang mentah dan kering.

Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah merupakan lembaga pendidikan yang bagus  dalam proses pembelajaran, yang menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik akan tetapi tidak melupakan aspek afektif yaitu akhlak yang bisa menunjang kehidupan mereka. Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah dalam mendidik siswa-siswi mereka dalam membina akhlak yang baik diantaranya dengan proses tazkiyat an-nafs. Yang menarik bagi peneliti adalah bagaimanapun sesibuk apapun siswa-siswi dalam mempersiapkan ujian akhir nasional namun mereka masih rajin dalam menjalankan proses tazkiyat an-nafs  apakah proses tersebut yang menjadikan atau membentuk akhlak mereka atau dari aspek lain sehingga menjadikan mereka mempunyai akhlak yang baik.

1 comment:

  1. Harrah's Cherokee Casino & Hotel - MapYRO
    Get directions, 사천 출장안마 reviews and information for Harrah's 동해 출장마사지 Cherokee Casino & Hotel in Cherokee, NC. HARRAH'S 김제 출장마사지 CHEROKEE CASINO 울산광역 출장마사지 & 여수 출장마사지 HOTEL in Cherokee, NC.

    ReplyDelete